Filosofi Noopi Sepuluh Ewu di Banyuwangi

goodside
5 Min Read

Di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, jalan-jalan utama desa adat tersebut menjadi pusat perhatian ribuan warga dari berbagai daerah pada Sabtu, 8 November 2025. Sepanjang jalanan utama diubah menjadi tempat ngopi yang khas dengan berbagai meja kursi hingga lesehan. Setiap halaman rumah warga juga dimanfaatkan sebagai tempat menikmati kopi dan kudapan tradisional.

Ngopi Sepuluh Ewu, atau minum kopi sepuluh ribu, telah menjadi agenda tahunan sejak 2014. Acara ini dinantikan oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Festival ini tidak hanya sekadar menyajikan kopi, tetapi juga menjadi bentuk kekayaan budaya masyarakat Osing.

Kepala Desa Kemiren, M Arifin, menjelaskan bahwa festival ini telah berlangsung selama 12 tahun berkat dukungan dan kekompakan warga setempat. Ia menekankan bahwa acara ini terinspirasi dari filosofi suguh, gupuh lungguh dalam menerima tamu. Suguh berarti suguhan atau hidangan, gupuh artinya antusias dalam menerima tamu, dan lungguh (duduk) memiliki makna menyiapkan tempat sebaik-baiknya bagi setiap tamu yang datang.

“Ngopi sepuluh ewu ini adalah bentuk nyata dari suguh, gupuh, lungguh masyarakat Osing dalam menerima tamu. Kegiatan ini juga menjadi sarana pemberdayaan ekonomi warga, sekaligus menjaga warisan budaya,” ujar Kades Arifin.

Di sepanjang jalan utama desa, warga Osing Kemiren menyambut para pengunjung dengan ramah sembari menyuguhkan kopi robusta khas Banyuwangi dalam wadah cangkir yang telah diwariskan secara turun-temurun. Selain kopi gratis, pengunjung juga disuguhi aneka kudapan tradisional masyarakat Osing seperti kucur, tape ketan yang dibungkus daun kemiri, hingga pisang goreng yang disajikan dengan penuh keakraban.

Mempererat Kebersamaan

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan momen ini bukan hanya untuk mengenalkan kopi Banyuwangi yang telah dikenal luas hingga ke luar negeri, tapi juga menjadi sarana mempererat kebersamaan dan persaudaraan antarwarga.

Ipuk mengapresiasi Desa Kemiren yang tahun ini meraih dua penghargaan bergengsi di tingkat dunia, yaitu Internasional The 5th ASEAN Homestay Award dan salah satu desa wisata terbaik dunia The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui United Nations Tourism (UN Tourism).

“Pemerintah daerah selalu mendukung untuk bisa menjaga budaya Banyuwangi secara bersama-sama,” katanya.

Tradisi yang Menjadi Identitas Budaya

Ngopi Sepuluh Ewu bukan hanya sekadar acara tahunan, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya masyarakat Osing. Dalam acara ini, masyarakat menunjukkan kekayaan tradisi mereka melalui penyajian kopi dan kudapan khas. Setiap elemen dalam acara ini dirancang untuk mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dan keramahan.

  • Warga desa mempersiapkan segala sesuatu dengan penuh keakraban.
  • Kedatangan tamu dianggap sebagai kesempatan untuk berbagi dan bersilaturahmi.
  • Setiap menu yang disajikan memiliki makna dan cerita tersendiri.

Penghargaan yang Mengukuhkan Kekuatan Budaya

Desa Kemiren tidak hanya dikenal karena tradisi Ngopi Sepuluh Ewu, tetapi juga telah mendapatkan pengakuan internasional. Dua penghargaan yang diraih membuktikan bahwa kekayaan budaya dan pariwisata Banyuwangi layak diakui secara global. Hal ini memberikan motivasi kepada masyarakat untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya mereka.

  • Penghargaan Internasional The 5th ASEAN Homestay Award.
  • Penghargaan The Best Tourism Villages Upgrade Programme 2025 dari PBB.

Kesejahteraan Ekonomi dan Kebudayaan

Selain menjadi ajang pelestarian budaya, Ngopi Sepuluh Ewu juga berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat. Para pengunjung yang datang tidak hanya menikmati kopi dan kudapan, tetapi juga membeli produk-produk lokal yang diproduksi oleh warga setempat. Ini menciptakan peluang usaha baru dan meningkatkan pendapatan keluarga-keluarga di desa tersebut.

  • Penyajian kopi dan kudapan dilakukan secara gratis.
  • Pengunjung dapat membeli produk lokal sebagai kenang-kenangan.
  • Aktivitas ekonomi yang berkembang secara alami.

Masa Depan yang Cerah

Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, acara Ngopi Sepuluh Ewu akan terus berkembang. Tidak hanya sebagai ajang budaya, tetapi juga sebagai wadah untuk menyebarluaskan pesan-pesan kebersamaan dan persaudaraan. Semangat yang ditunjukkan oleh warga Desa Kemiren menjadi contoh bagaimana budaya lokal dapat menjadi kekuatan untuk membangun komunitas yang kuat dan harmonis.

Share This Article
Leave a Comment