Apakah Anda pernah mendengar atau membaca kata “Pangestunipun” dalam sebuah acara adat, percakapan formal, atau ucapan sungkem? Kata ini adalah salah satu hal paling penting dalam kosakata Jawa, khususnya dalam konteks kesantunan yang tinggi.
Tidak sekadar terjemahan, memahami Pangestunipun berarti memahami filosofi unggah-ungguh atau tata krama Jawa yang mendalam. Artikel ini akan mengupas tuntas arti, struktur linguistik, dan konteks penggunaannya yang tepat.
Definisi Dasar: Apa Arti Pangestunipun?
Secara sederhana, Pangestunipun adalah sebuah ungkapan dalam bahasa Jawa yang memiliki value (nilai) terjemahan utama:
“Restunya,” “Berkatnya,” atau “Izinnya” (dari orang yang dihormati).
Meskipun terlihat sederhana, makna ini mengandung tingkat kesopanan yang sangat tinggi. Kata ini tidak digunakan untuk sembarang orang, melainkan ditujukan kepada individu yang posisinya lebih tinggi, seperti orang tua, guru, sesepuh, atau tokoh masyarakat yang dihormati.
Dalam tata krama berbahasa Jawa (unggah-ungguh), ada beberapa tingkatan bahasa, di antaranya yang paling sering digunakan adalah Ngoko (kasar/sehari-hari) dan Krama (halus). Krama Inggil adalah sub-level tertinggi dari Krama, yang digunakan untuk menyebut atau merujuk pada bagian tubuh, kepemilikan, atau tindakan orang yang sangat dihormati.
Menggunakan Pangestunipun adalah value yang menunjukkan bahwa pembicara:
- Sangat menghormati lawan bicara.
- Menyadari adanya perbedaan status sosial atau usia yang signifikan.
- Berada dalam konteks formal, sakral, atau sangat penting.
Jika Anda ingin meminta restu atau menyebut restu dari orang tua Anda, mengucapkan “Pangestunipun” adalah pilihan yang paling tepat dan aman.
Konteks Budaya dan Contoh Penggunaan
Kata ini sering muncul dalam konteks budaya yang sangat spesifik dan memiliki makna yang mendalam.
1. Permintaan Doa Restu (Nyuwun Pangestu)
Ini adalah penggunaan yang paling umum. Ketika seseorang akan melakukan perjalanan jauh, menikah, memulai bisnis, atau memasuki fase penting dalam hidup, mereka wajib memohon restu dari orang tua atau sesepuh.
- Kalimat Contoh:“Bapak/Ibu, kula nyuwun pangestunipun, badhe nindakaken tugas dhateng Jakarta.” (Bapak/Ibu, saya mohon restu Anda, akan melaksanakan tugas ke Jakarta.)
2. Respon Santun
Pangestunipun juga bisa menjadi respons yang sangat santun ketika ditanya mengenai keadaan atau kabar.
- Situasi: Seorang anak bertemu sesepuh.
- Sesepuh bertanya: “Nak, sami wilujeng to?” (Nak, sehat-sehat saja kan?)
- Jawaban Santun:“Pangestunipun, Pak/Bu.” (Restunya/Berkatnya, Bapak/Ibu.)
- Makna: Jawaban ini secara tersirat menyatakan: “Saya sehat berkat doa restu/izin dari Anda.” (Sumber: Kompasiana)
3. Dalam Upacara Adat
Dalam upacara pernikahan adat Jawa, ungkapan pangestunipun adalah inti dari proses sungkem, di mana kedua mempelai memohon restu (berkat) kepada orang tua mereka agar rumah tangga yang akan dibangun mendapatkan kelancaran.
Penutup
Memahami Pangestunipun adalah kunci untuk membuka pintu komunikasi yang santun dan berbudaya dalam masyarakat Jawa. Kata ini lebih dari sekadar terjemahan “restunya”; ia adalah representasi dari penghormatan, harapan baik, dan pengakuan akan peran penting restu dari orang yang lebih tua dalam kesuksesan hidup seseorang.
Dengan menggunakan kata ini secara tepat, Anda tidak hanya berbicara Bahasa Jawa, tetapi juga mempraktikkan unggah-ungguh (tata krama) yang merupakan inti dari kearifan lokal Jawa.
