
Banyak orang memiliki hobi yang berbeda-beda, mulai dari traveling hingga mengumpulkan barang langka. Salah satu contohnya adalah Muhamad Ibrahim atau yang lebih dikenal dengan nama Baim, seorang pria asal Balaraja, Kabupaten Tangerang. Ia memiliki ketertarikan khusus dalam mengoleksi kaset pita, yang kini semakin langka dan sulit ditemukan di pasaran.
Baim mengaku bahwa alasan utamanya mengoleksi kaset pita adalah karena nostalgia, keunikan suara, serta nilai sejarahnya. “Saya mengoleksi berbagai genre musik, tapi kebanyakan saya menyukai Rock, Rock Alternative, Grunge, dan Punk. Saya juga memiliki album dari era yang berbeda, baik yang langka maupun yang populer,” jelas Baim.
Mengoleksi kaset pita bagi Baim seperti membawa kembali kenangan masa muda. Sebagai remaja yang tumbuh di era 90-an, ia sering memutar kaset melalui Walkman atau Player Mini Compo. Menurutnya, suara dari kaset pita memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan musik digital. “Suara dari kaset terdengar lebih ‘bulat’ dan stereo-nya lebih hidup,” ujarnya.
Selain itu, Baim juga menikmati bagian fisik dari kaset pita, seperti sampul album, lirik, dan detail lain yang tidak bisa ditemukan di media digital. “Ini membuat saya merasa lebih dekat dengan musik yang saya dengarkan,” tambahnya.
Pengumpulan kaset pita dimulai oleh Baim sejak tahun 2016. Semakin lama, koleksinya menjadi semakin langka dan sulit ditemukan, sehingga meningkatkan nilai koleksinya. Bahkan, ada beberapa kaset yang bisa menjadi investasi. “Yang langka dan sulit ditemukan biasanya dari band luar negeri seperti The Stone Roses, The Offspring, atau album Smash mereka. Di sisi lain, ada juga band lokal seperti Rumah Sakit,” jelas Baim.
Untuk mendapatkan kaset pita, Baim sering berkunjung ke toko-toko spesialis di Bandung, seperti di Jalan Dipatiukur Dago atau dekat SMAN 4 Bandung. Harga kaset pun bervariasi, mulai dari Rp50.000 per unit untuk kaset artis lokal hingga Rp75.000 hingga Rp100.000 per unit untuk kaset artis luar negeri. “Jika ke Bandung, saya selalu mampir ke toko tersebut. Sedangkan di Jakarta, saya sering mencari di Jatinegara yang dikenal sebagai pusat penjualan kaset pita dengan harga terjangkau,” tambahnya.
Di era sosial media saat ini, para kolektor kaset pita juga bisa melakukan pencarian melalui platform seperti Facebook, TikTok, atau Instagram. Namun, Baim mengingatkan bahwa belanja secara online memiliki risiko. “Tidak semua penjual online bersifat jujur. Ada kalanya kaset yang diterima rusak parah atau cover-nya berbeda dari yang diharapkan. Itu resiko yang harus dihadapi,” ujarnya.
Sebagai kolektor, Baim juga memberikan beberapa tips perawatan kaset pita agar tetap terjaga kualitasnya. Pertama, simpan kaset di tempat yang sejuk dan kering, hindari paparan sinar matahari langsung. Kedua, bersihkan kaset secara berkala untuk menghilangkan debu dan kotoran yang bisa merusak pita. Ketiga, pisahkan kaset yang masih layak pakai dengan yang rusak agar tidak saling merusak.
Dengan segala keunikan dan tantangan yang ada, apakah Anda tertarik untuk menjadi kolektor kaset pita demi mengenang masa 90-an?
