Sate Mak Syukur, Rasa Legendaris yang Harus Dicoba di Padang Panjang

goodside
3 Min Read

Warung sederhana Sate Mak Syukur yang berdiri sejak puluhan tahun lalu masih memancarkan pesonanya hingga kini. Warung ini menjadi salah satu ikon kuliner Minang yang terus bertahan dan dinikmati oleh berbagai generasi.

Sate Mak Syukur dikenal dengan cita rasa yang khas, yaitu potongan daging sapi yang lembut dan gurih, dipadukan dengan kuah santan yang kental dan sedikit manis. Rasa ini menjadi simbol kebanggaan makanan khas Minang yang telah bertahan dari waktu ke waktu.

Warung ini pertama kali dibuka pada tahun 1941. Almarhum Syukur Sutan Rajo Endah awalnya menjajakan sate dari Padang Panjang menuju Batusangkar. Dalam bahasa Minang, kata “Mak” merujuk kepada paman atau laki-laki. Oleh karena itu, warung ini diberi nama Sate Mak Syukur.

Baru pada tahun 1993, warung Sate Mak Syukur di Kota Padang Panjang resmi berdiri dan mulai menerima pelanggan yang ingin menikmati sate khas Minang. Saat ini, warung ini sudah dipegang oleh generasi kedua, dan sedang menuju generasi ketiga.

Menurut Zaini, salah satu karyawan Sate Mak Syukur, setiap hari warung ini membuat sekitar 100 kilogram sate. Angka ini bisa meningkat hingga dua kali lipat pada hari libur, mencapai 200 kilogram daging sapi per hari. Jumlah ini cukup besar, mengingat setiap hari sekitar 3.000 hingga 4.000 tusuk sate padang habis terjual.

Harga satu tusuk sate adalah Rp 5.000. Pelanggan akan mendapatkan sepiring sate padang yang berisi 20 tusuk. Namun, tidak perlu khawatir karena pelanggan hanya membayar sesuai jumlah sate yang dimakan, bukan harga per porsi atau Rp 100.000.

Sate-sate ini disajikan terpisah dari kuahnya. Setiap pelanggan dapat merendam sate dalam piring berisi kuah dan katupek (ketupat). Selain itu, tersedia juga sate per porsi seharga Rp 35.000 yang terdiri dari enam tusuk sate lengkap dengan ketupat.

Kuah sate Mak Syukur memiliki warna kuning dengan tekstur yang cukup kental. Zaini menjelaskan bahwa kuah sate berwarna merah biasanya berasal dari daerah Padang Pariaman. Di Kota Padang sendiri, ada kuah sate yang berwarna merah dan kuning. Sedangkan kuah sate dari Bukittinggi, Payakumbuh, dan Padang Panjang umumnya berwarna kuning.

Warna kuning pada kuah sate berasal dari campuran kunyit dalam larutan tepung beras saat membuat pelengkap makan sate. Penyajian sate Mak Syukur tetap terasa sederhana. Sejak dulu hingga kini, seporsi sate disajikan di atas piring kaleng beralas daun pisang. Hal yang sama juga berlaku untuk penyajian kuah sate.

Jika berkunjung ke Padang Panjang, jangan ragu untuk mampir ke Sate Mak Syukur. Warung ini buka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.

Baca juga:

Share This Article
Leave a Comment