Ulasan ‘Pesugihan Sate Gagak’, Dari Ritual Hantu Hingga Tawa Mengguncang Realita

goodside
6 Min Read

Hidup susah, utang menumpuk, dan cinta yang nyaris kandas—tiga sahabat, Anto (Ardit Erwandha), Dimas (Yono Bakrie), dan Indra (Benedictus Siregar) alias Trio Gagak, resmi menyerah pada nasib miskin. Anto butuh uang untuk mahar pernikahan, Dimas ingin menyelamatkan usaha ibunya, sementara Indra terjerat pinjaman online. Dalam keputusasaan, mereka menemukan buku mantra pesugihan peninggalan kakek Indra dan muncul ide paling gila: melakukan pesugihan tanpa tumbal, cukup dengan menjual sate dari daging burung gagak kepada para demit!

Awalnya semua berjalan lancar—para makhluk halus seperti genderuwo dan kuntilanak antre membeli sate gagak mereka. Trio Gagak pun tiba-tiba hidup mewah. Namun, ketika para demit mulai ketagihan dan terus datang menagih sate, kekacauan pun terjadi. Dari tawa berubah jadi ketakutan, dari rezeki berubah jadi malapetaka. Mampukah mereka kabur dari kutukan yang mereka buat sendiri?

Detail Film

  • Judul Film: Pesugihan Sate Gagak
  • Rating: 4/5
  • Negara: Indonesia
  • Sutradara: Etienne Caesar dan Dono Pradana
  • Produser: Aoura Lovenson, Chandra, dan Fauzar Nurdin
  • Penulis: Nugra Agung
  • Usia Penonton: 13+
  • Genre: Horror Komedi
  • Durasi (menit): 105 menit
  • Tanggal Rilis Film: 13-11-2025
  • Tahun Rilis Film: 2025
  • Topik: Horror Komedi
  • Rumah Produksi: Cahaya Pictures
  • Tempat Menonton: Cinema XXI, Cinepolis, CGV
  • Pemain: Ardit Erwandha, Yono Bakrie, Benidictus Siregar, Yoriko Angeline, Nunung, Arief Didu, Firza Valaza, dan Ence Bagus
  • Tanggal Rilis Trailer: 14-11-2025
  • Trailer Pesugihan Sate Gagak (2025): Link


Akting Trio Komika yang Natural dan Penuh Energi



Kekuatan terbesar Pesugihan Sate Gagak terletak pada chemistry alami Ardit Erwandha, Yono Bakrie, dan Benedictus Siregar. Ketiganya bukan hanya piawai melontarkan lelucon spontan, tetapi juga mampu menjaga dinamika persahabatan yang hangat di tengah absurditas cerita. Aksi mereka terasa hidup dan mengalir, seolah penonton sedang menyaksikan kisah nyata tiga sahabat yang nekat mencari jalan pintas demi keluar dari jerat hidup.

Menariknya, film ini juga menantang para pemainnya untuk tampil total. Beberapa adegan yang menuntut mereka berakting tanpa busana menjadi simbol keberanian dan profesionalisme, bukan sekadar gimmick komedi. Ardit mengaku ini pengalaman baru yang memaksanya keluar dari zona nyaman, sementara Yono dan Beni menilai proyek ini sebagai tonggak penting yang membuktikan kemampuan akting mereka di luar panggung stand-up comedy.

Humor yang Menyentil Realita

Walau dikemas sebagai film komedi horor, Pesugihan Sate Gagak sejatinya menyimpan lapisan kritik sosial yang tajam. Melalui kisah konyol trio yang nekat “berbisnis dengan demit”, film ini menyinggung realitas getir: bahwa banyak orang rela menempuh jalan instan karena tekanan ekonomi dan tuntutan hidup. Di tengah kelucuan dan adegan-adegan absurd, terselip pesan moral sederhana namun kuat — semepet-mepetnya hidup, jangan pernah ambil jalan pintas.

Skenario karya Nugra Agung terasa cerdas dalam memadukan lelucon segar dengan pesan bermakna. Beberapa dialog bahkan menggambarkan kegelisahan zaman sekarang dengan cara yang ringan, membuat penonton tertawa sekaligus merenung.

Sentuhan Penyutradaraan yang Segar

Kolaborasi sutradara Eti Cesar dan Dono Pradana menghasilkan gaya bercerita yang segar dan berani. Dono, yang juga seorang komika dan kreator konten, mampu menyalurkan kepekaannya terhadap realitas sosial ke dalam komedi yang relevan. Sementara Eti, dengan pengalamannya di dunia penyutradaraan, menghadirkan ritme cerita yang seimbang antara tawa dan ketegangan.

Beberapa adegan dramatis yang dimainkan Trio Gagak berhasil menyentuh sisi emosional tanpa kehilangan nuansa lucunya. Perpaduan visual yang sederhana namun efektif—latar pedesaan, kios sate sederhana, dan atmosfer malam yang misterius—menambah kesan realistis sekaligus jenaka pada film ini. Dari sisi teknis, sinematografinya turut memperkuat atmosfer tersebut dengan pencahayaan temaram yang menghadirkan kesan horor tanpa kehilangan warna hangat khas komedi, serta penggunaan framing dinamis yang menjaga transisi antara dua nuansa itu tetap halus dan alami.

Pesan dan Makna di Balik Tawa

Meski penuh humor, film ini bukan sekadar hiburan kosong. Ia menyampaikan pesan tentang konsekuensi dari setiap pilihan hidup, terutama saat seseorang tergoda mengambil jalan pintas demi kekayaan. Pesugihan Sate Gagak mengingatkan bahwa kerja keras dan rasa syukur tetap menjadi kunci menuju kebahagiaan sejati.

Seperti disampaikan produser Aoura Lovensen, film ini menangkap “kegelisahan zaman sekarang” dengan cara yang ringan namun bermakna. Tidak heran, saat penayangan perdananya di beberapa festival dan screening terbatas, film ini mendapat sambutan positif karena mampu membuat penonton tertawa sekaligus tersentuh.

Pesugihan Sate Gagak adalah sajian komedi horor yang cerdas, berani, dan berbeda dari kebanyakan film sejenis. Perpaduan antara humor absurd, kritik sosial, dan pesan moral menjadikannya tontonan segar di tengah tren film horor yang itu-itu saja. Dengan akting kuat para komika dan arahan sutradara yang solid, film ini bukan hanya layak ditonton, tetapi juga pantas disebut sebagai salah satu film Indonesia paling menarik di akhir tahun 2025.

Share This Article
Leave a Comment