Angka partisipasi sekolah (APS) di Kabupaten Bekasi terus menunjukkan penurunan di setiap jenjang pendidikan. Jumlah siswa yang bersekolah mulai dari tingkat sekolah dasar (SD), menengah pertama (SMP), hingga menengah atas (SMA) atau sederajat, terus mengalami pengurangan. Bahkan, berdasarkan data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), hingga November 2025, terdapat sebanyak 37.708 anak di Kabupaten Bekasi yang tidak bersekolah.
Kondisi ini menjadi kontras dengan status Kabupaten Bekasi sebagai daerah penyumbang investasi terbesar di Jawa Barat. Di balik tingginya nilai investasi, ternyata banyak anak-anak tidak bersekolah di wilayah tersebut.
Angka Partisipasi Murni (APM) yang Terus Menurun
Berdasarkan data yang dikumpulkan Badan Pusat Statistik (BPS), angka partisipasi murni (APM) di setiap jenjang pendidikan di Kabupaten Bekasi terus menurun. APM merupakan persentase penduduk yang bersekolah sesuai dengan kelompok usianya.
Pada tingkat SD, APM mencapai 97,43% pada 2024. Persentase ini terbilang baik karena hampir seluruh anak usia SD (7-12 tahun) di Kabupaten Bekasi bersekolah. Namun, pada jenjang SMP, partisipasi sekolah anjlok menjadi hanya 85,88%. Dengan data tersebut, berarti ada 11,55% siswa SD yang tidak melanjutkan ke SMP.
Sementara itu, partisipasi sekolah di jenjang SMA/sederajat hanya 59,15%. Persentase ini bahkan lebih rendah dibandingkan APM 2023 yang mencapai 63,19 persen.
Penyebab Turunnya APM
Turunnya APM di tiap jenjang pendidikan bisa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pindah tempat tinggal ke daerah lain atau tidak melanjutkan pendidikan alias putus sekolah. Namun, jika dilihat dari tingkat lama sekolah, putus sekolah bisa menjadi penyumbang utama rendahnya angka partisipasi sekolah di Kabupaten Bekasi.
Berdasarkan data BPS 2025, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bekasi hanya mencapai 10,07 tahun atau hingga kelas X SMA/sederajat.
Anak Tidak Sekolah (ATS) yang Menjadi Perhatian
Di sisi lain, jumlah anak tidak sekolah (ATS) juga menjadi perhatian serius. Berdasarkan data Verval ATS Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin) Kemendikdasmen tahun 2025, sebanyak 37.718 anak di Kabupaten Bekasi tercatat sebagai ATS. Dari jumlah tersebut, 18.734 anak belum pernah mengenyam pendidikan formal, 10.076 anak putus sekolah di tengah jalan, dan 8.908 anak berhenti setelah lulus tanpa melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Menurut Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Bekasi Boby Agus Rahman, masalah ini menjadi perhatian semua pihak. Ia menyatakan bahwa pendidikan menjadi modal dasar suatu daerah. Investasi paling masuk akal untuk membangun kualitas manusia. Oleh karena itu, ia akan melakukan rapat menyeluruh terkait hal ini dan memanggil seluruh pihak yang terkait, karena ini bukan hanya persoalan di Dinas Pendidikan tapi semua harus hadir.
Upaya Peningkatan Partisipasi Sekolah
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi Imam Faturahman mengakui bahwa jumlah ATS tergolong tinggi dan cenderung meningkat setiap tahun ajaran baru. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, mulai dari keterbatasan akses sekolah, kondisi ekonomi keluarga, hingga faktor sosial budaya.
Untuk menyelesaikan persoalan ini, kata Imam, diperlukan solusi secara komprehensif dengan kolaborasi lintas sektor. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melakukan pendampingan di tiga desa dan satu kelurahan yang menjadi lokasi paling tinggi ATS. Dari pendampingan ini, diharapkan ATS dapat turun hingga 20%.
