Paus Leo XIV, yang memiliki nama lahir Robert Francis Prevost, baru-baru ini mengungkapkan empat film favoritnya melalui sebuah video. Dari daftar tersebut, kita dapat melihat sedikit wawasan tentang selera dan pribadinya terhadap karya-karya audiovisual. Keempat film yang disebutkan merupakan karya klasik yang dirilis sebelum tahun 2000 dan mengangkat tema keluarga di tengah masa-masa sulit.
Berikut adalah empat film favorit Paus Leo XIV:
It’s a Wonderful Life (1946)
Film ini menceritakan kisah George Bailey (James Stewart), seorang pria yang tengah menghadapi krisis keuangan pada malam sebelum Natal. Tekanan yang terus menumpuk membuatnya begitu putus asa hingga terpikir untuk mengakhiri hidupnya. Di surga, para malaikat mendengar doa salah satu anak George yang berkata, “Tuhan, tolong, ada yang salah dengan Ayah”. Doa itu membuat mereka mengutus Clarence (Henry Travers), malaikat yang belum mendapatkan sayap, untuk turun dan menolong George.
Clarence kemudian dibimbing oleh malaikat senior untuk melihat perjalanan hidup George sejak masa kecil. Dari situlah ia dapat memahami siapa George sebenarnya dan mencari cara terbaik untuk membantunya. Sepanjang hidupnya, George ternyata telah banyak berbuat kebaikan bagi orang-orang di sekitarnya. Saat berusia 12 tahun, ia menyelamatkan adik laki-lakinya yang hampir tenggelam di kolam beku, meski harus kehilangan pendengaran di telinga kiri akibat air es. Pada pekerjaan paruh waktu pertamanya, ia juga berhasil mencegah seseorang mengalami keracunan obat akibat kesalahan resep.
Melihat semua itu, Clarence menyadari bahwa George sesungguhnya memiliki kehidupan yang luar biasa berarti, meskipun diwarnai beberapa cobaan. Tugasnya kini hanya satu: mengingatkan George bahwa hidupnya jauh lebih berharga daripada yang ia kira.The Sound of Music (1965)
Maria (Julie Andrews) adalah salah satu kandidat biarawati di Biara Nonnberg, namun ia terkenal sangat nakal dan jahil. Kepala Biara tiba-tiba mendapatkan surat dari seorang duda dan kapten Angkatan Laut Austria bernama Georg Von Trapp (Christopher Plummer) yang meminta untuk dikirimkan seorang guru untuk tujuh anaknya. Kepala Biara memutuskan untuk mengirim Maria sebagai guru dan pengasuh sementara mereka.
Ketika Maria sampai di rumah tersebut, ia mendapati bahwa Georg mengajari anak-anaknya dengan disiplin yang sangat ketat, bak prajurit laut. Ia meniup peluit, memberi perintah keras, dan mendandani anak-anaknya dengan pakaian pelaut. Melihat itu, Maria pun bertekad untuk menjadi pengasuh dan guru yang baik bagi anak-anak tersebut, walaupun metodenya sangat berbeda dengan Georg.Ordinary People (1980)
Keluarga Jarrett tengah terpuruk setelah kehilangan salah satu putra mereka dalam kecelakaan perahu. Diliputi rasa bersalah yang mendalam, putra kedua mereka, Conrad (Timothy Hutton), juga sempat mencoba mengakhiri hidupnya. Beruntung, upaya tersebut gagal dan nyawanya berhasil diselamatkan. Meski demikian, kedua orang tuanya (diperankan oleh Donald Sutherland dan Mary Tyler Moore) masih berjuang untuk mencari cara melanjutkan hidup seperti sedia kala.
Di mata masyarakat, keluarga Jarrett tampak berusaha keras untuk kembali normal dan terlihat bahagia. Namun sejak Conrad menjalani psikoterapi, penonton mulai menyadari bahwa keharmonisan keluarga ini sebenarnya rapuh sejak awal, bahkan jauh sebelum tragedi terjadi.Life is Beautiful (La vita e bella) (1997)
Guido Orefice (Roberto Benigni) adalah seorang penulis Yahudi asal Italia yang hidup pada tahun 1939, di tengah situasi politik yang dikuasai fasisme. Dikenal dengan kepribadiannya yang humoris dan penuh keceriaan, Guido mampu membuat siapa pun yang ditemuinya merasa terhibur, termasuk para tamu di restoran milik pamannya tempat ia bekerja.
Guido jatuh cinta pada Dora (Nicoletta Braschi), seorang guru yang sebenarnya dijodohkan dengan seorang pegawai negeri kaya namun angkuh. Setelah sering menghabiskan waktu bersama, Dora akhirnya luluh dan memutuskan untuk kawin lari dengan Guido. Namun kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Ketika Perang Dunia II pecah, Guido, Dora, anak mereka Giosue, serta paman Guido ditangkap dan dikirim ke kamp konsentrasi. Demi menjaga Giosue dari ketakutan akan kekejaman kamp tersebut, Guido menciptakan sebuah kebohongan penuh kasih. Ia mengatakan bahwa kamp itu hanyalah sebuah permainan besar.
Giosue harus menaati setiap instruksi ayahnya untuk mengumpulkan poin, dan jika berhasil mencapai skor tertentu, ia akan memenangkan sebuah hadiah besar, sebuah tank.
