Film “Pangku”, Antara Kehidupan dan Surat Cinta untuk Ibu

goodside
4 Min Read

Lagu “Ibu” karya Virgiawan Listanto Harsoyo, yang dikenal dengan nama panggung Iwan Fals, menjadi musik latar penutup film “Pangku”. Film ini merupakan debut Reza Rahadian sebagai sutradara setelah hampir 20 tahun berkecimpung dalam dunia seni peran. Pemilihan lagu tersebut bukanlah kebetulan, karena film ini dibuat sebagai bentuk penghormatan terhadap peran ibu dalam kehidupan Reza. Aktor berusia 38 tahun ini mengaku diasuh dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal sejak kecil.

Film “Pangku” menyoroti kehidupan para perempuan, ibu, pekerja, dan manusia yang berusaha bertahan di tengah tantangan ekonomi dan kehidupan yang keras. Dalam film ini, Reza ingin menyampaikan pesan tentang ketangguhan dan kerja keras seorang ibu.

Alur Cerita dan Karakter

Reza menyaksikan film ini sekitar seminggu lalu. Cerita tentang Sartika, tokoh utama yang diperankan oleh Claresta Taufan, sudah tergambar sejak awal. Adegan dimulai dengan Sartika menumpang truk mogok di kawasan Pantai Utara Jawa (Pantura) pada masa pemulihan ekonomi Indonesia pasca krisis moneter 1997-1998.

Setelah diusir oleh pengemudi truk, Sartika memulai kehidupan barunya di sebuah kawasan slum area pinggir pantai dengan tinggal di rumah Bu Maya (Christine Hakim) dan Pak Jaya (Jose Rizal Manua). Kehidupan Sartika berubah setelah ia bertemu Hadi (Fedi Nuril), seorang pengemudi truk pengangkut ikan, yang membawanya ke hidup baru dalam film yang berdurasi 1 jam 40 menit.

Penggambaran Kemiskinan dan Peran Akting

Penggambaran kemiskinan yang konsisten sepanjang film menjadi salah satu poin positif. Pemilihan duet aktor senior Christine Hakim dan Jose Rizal Manua, yang juga mentor Reza dalam dunia akting, memperkuat gambaran tersebut.

Dialog seperti “Jalani hidup seperti air, mengalir saja…” menjelaskan alur kehidupan Bu Maya yang terkesan menerima takdir sebagai pemilik warung yang ‘kopi pangku’. Frasa ini menggambarkan warung tempat menikmati kopi sambil memangku sang penyaji minuman. Bu Maya dan Pak Jaya digambarkan sebagai sepasang suami istri yang hidup dalam kemiskinan hingga usia senja, dekat dengan pipa minyak, sehingga menyiratkan pesan bahwa masih banyak kaum marginal di negeri yang kaya sumber daya alam.

Alih-alih memperkuat cerita melalui dialog panjang, pengalaman akting Christine dan Jose justru minim dialog, tetapi tetap mampu menyampaikan cerita secara paripurna. Dialog lebih banyak ditampilkan dalam aktivitas di tempat kegiatan nelayan, tempat Hadi bekerja. Termasuk penyampaian pesan bahwa banyak suami di wilayah Pantura ditinggal istri bekerja di luar negeri sebagai pekerja migran.

Pesan dan Penelitian Mendalam

Dari tempat kegiatan nelayan, kisah bergerak maju dengan perkenalan Hadi dengan Sartika yang kemudian hidup bersama Bayu, putra Sartika yang tidak tahu siapa ayah kandungnya. Cerita dalam film ini dibuat seperti apa adanya, tanpa menggambarkan perempuan-perempuan yang bekerja di ‘tempat hiburan malam’ dalam transaksi seksual secara gamblang.

Mungkin inilah yang disebut oleh berbagai kalangan bahwa Reza Rahadian dan Felix K. Nesi melakukan riset mendalam sebelum membuat film ini. Reza mengatakan bahwa semua yang ada dalam skrip secara geografis lengkap, dan tidak ingin mencampurkan bagian dari Jakarta atau Yogyakarta. Semua ada dalam satu universe yang sama, termasuk pinggir pantai yang persis sawah.

Kesimpulan dan Pesan Utama

Kisah dalam film “Pangku” tidak mencoba mencari drama kehidupan atau menggambarkan pepatah “bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Hal itu digambarkan konsisten hingga akhir film. Termasuk dalam adegan klimaks, di mana semua dilakonkan secara “datar” namun dengan ekspresi yang menggambarkan kemarahan dan kekecewaan yang dalam.

Alih-alih dramatisasi, Reza fokus pada tujuan utamanya, yakni menjadikan film “Pangku” sebagai “love letter” untuk ketangguhan ibundanya. Reza merasa sangat terharu ketika ibunya mengapresiasi film garapannya tersebut. “Beliau bilang, terima kasih kamu sudah membuat orang seperti Mama terlihat dan terdengar,” ujarnya.

Share This Article
Leave a Comment