Film Pesugihan Sate Gagak, Legenda Urban yang Disajikan dengan Komedi Kocak

goodside
3 Min Read

Film Horor Komedi Pesugihan Sate Gagak Mendapat Respons Positif

Film horor komedi Pesugihan Sate Gagak yang digarap oleh Etienne Caesar dan sineas Surabaya Dono Pradana mendapatkan respons positif dari penonton Indonesia. Sejak tayang pada 13 November lalu, film ini telah menambah jumlah layar penayangan menjadi 401 layar dengan total 1481 show time.

Durasi film sekitar 1 jam 45 menit berhasil mengundang tawa sekaligus menghanyutkan penonton dengan pesan moral yang mendalam. Jajaran pemain utama diisi oleh Ardit Erwandha, Yono Bakrie, dan Benedictus Siregar, didukung oleh komedian kawakan Nunung, Arief Didu, Yoriko Angeline, serta komedian asal Surabaya Firza Falaza dan Arif Alfiansyah.

Cerita tentang Tiga Karakter yang Terjerat Masalah Ekonomi

Sutradara Dono Pradana menjelaskan bahwa film ini berfokus pada tiga karakter yang terjerat masalah ekonomi dan memilih jalan pintas dengan melakukan ritual Pesugihan Sate Gagak yang informasinya didapat tidak lengkap. Akibatnya, tiga sahabat itu menjadi budak demit (hantu) yang ketagihan makan sate dan terus menagih imbalan.

Komika Surabaya ini juga membagikan fun fact kocak di balik syuting. Salah satunya adalah horor yang kocak. Saat take adegan hantu, pemeran pocong tiba-tiba jatuh karena mengaku merasa didorong oleh makhluk tak kasat mata.

“Yang lucu sekali, saat ia jatuh, pemeran kuntilanak dengan sigap menolongnya, lalu mulai merapalkan mantra, seolah-olah meruqyah si pocong. Ini momen antara seram dan lucu yang luar biasa,” kenang Dono saat ditemui Basra disela nobar Pesugihan Sate Gagak bareng Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Minggu (16/11) malam.

Kehadiran Nunung dalam Film Pertama

Dono menambahkan bahwa film ini menjadi komedi murni pertama yang diperankan oleh komedian Nunung, saking antusiasnya Nunung bahkan membawa skrip ke mana-mana.

Dalam film ini Dono juga berhasil mengoptimalkan talenta lokal, dengan melibatkan komedian Surabaya seperti Firza Falaza dan Rehan Satrio.

“Kalau tiga pemeran utama memang sudah ditentukan dari PH nya, tapi saya tetap melibatkan talenta-talenta dari Surabaya, seperti Firza Falaza,” terang pria yang juga dikenal sebagai penyiar radio ini.

Menggabungkan Cerita Mistis dan Komedi Situasi

Menurut Dono, film ini menggabungkan cerita mistis khas Indonesia (urban legend) dengan komedi situasi yang kocak.

“Ini cerita tentang urban legend yang ada di masyarakat tapi dikemas dengan situasi komedi,” tuturnya.

Pesan Moral dalam Film Pertama Garapannya

Dono lantas mengungkapkan pesan moral dalam film pertama garapannya ini.

“Pesan moralnya, tidak ada yang berhasil dalam sebuah kehidupan tanpa melalui tahap proses yang harus kita lewati, tidak ada yang serba instan. Hidup tidak bisa langsung enak,” pesannya.

 

Share This Article
Leave a Comment