Kineidoscope 2025 Berkolaborasi dengan Jogja Disability Arts untuk Akses Film yang Lebih Baik bagi Difabel

goodside
4 Min Read

Tahun ini, Kineidoscope 2025 meluncurkan program baru yang bertujuan untuk memperluas wacana tentang aksesibilitas film bagi para penonton difabel. Salah satu inisiatif utamanya adalah diskusi bersama komunitas Jogja Disability Arts. Program ini menjadi langkah penting dalam membuka ruang pembicaraan mengenai apakah penonton difabel di Indonesia telah mendapatkan akses yang layak untuk menikmati film. Selain itu, program ini juga bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana film-film yang diproduksi saat ini ramah terhadap para penonton difabel.

Kineidoscope ingin menegaskan bahwa isu aksesibilitas bukan sekadar pelengkap festival, tetapi bagian dari tanggung jawab dalam menyediakan ruang menonton yang adil dan setara bagi seluruh penikmat film. Dengan berkolaborasi dengan Jogja Disability Arts, Kineidoscope berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan representatif.

Membuka Ruang Pembicaraan Mengenai Akses Film

Program ini muncul dari kegelisahan terkait apakah teman-teman difabel memiliki akses yang layak untuk menikmati film. Meskipun film dinikmati oleh berbagai kalangan, termasuk para difabel, masih banyak dari mereka yang belum memperoleh hak yang sama untuk menikmati karya-karya film sebagaimana pesan yang ingin disampaikan. Kineidoscope ingin melihat lebih dekat bagaimana akses film di Indonesia dijalankan, apakah film dan festival film sudah memberikan akses yang baik bagi penonton difabel atau justru masih menyisakan banyak hambatan.

Diskusi ini juga menjadi ruang untuk menyuarakan bahwa penonton difabel bukanlah penonton yang diabaikan, melainkan bagian penting dari dunia film Indonesia. Dengan adanya program ini, Kineidoscope berupaya memastikan bahwa suara dan kebutuhan para difabel tidak lagi dikesampingkan dalam industri film.

Kolaborasi dengan Komunitas Seni Lain

Direktur Program Kineidoscope 2025, Azhopia Mumtaz, menjelaskan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari upaya Kineidoscope untuk memperluas jejaring dan membuka diri terhadap komunitas seni lain. “Tahun ini kita punya misi untuk melebarkan sayap, jadi Kineidoscope mulai menjalin kerja sama dengan komunitas seni di luar film. Alhamdulillah kami dipertemukan dengan Jogja Disability Arts, yang di sana banyak seniman dan teman-teman difabel. Ini jadi pintu terbuka bagi Kineidoscope untuk bisa berkolaborasi lebih luas,” ujarnya.

Dengan bekerja sama dengan Jogja Disability Arts, Kineidoscope berharap dapat memperluas cakupan programnya dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya inklusivitas dalam dunia film. Komunitas ini memberikan perspektif yang berbeda dan memperkaya wacana tentang bagaimana film dapat diakses oleh semua kalangan.

Harapan untuk Perubahan Nyata

Direktur Festival Kineidoscope 2025, Fawwaz Fauzarrahman, menambahkan bahwa diskusi ini diharapkan menjadi awal perubahan nyata bagi akses film di Indonesia. Ia menyebut beberapa praktik baik seperti adanya teman bisik di JAFF, film yang ramah subtitle, hingga konten yang memang dibuat untuk penonton difabel. “Harapannya dari obrolan ini kita semua, pengelola festival, filmmaker, dan penikmat film bisa lebih sadar bahwa film perlu menyediakan fasilitas tertentu bagi teman-teman disabilitas. Kami ingin mereka juga bisa menikmati festival, sama seperti penonton lainnya,” jelasnya.

Ia juga menegaskan bahwa isu ini menyangkut kesetaraan yang masih harus terus diperjuangkan. Dengan adanya diskusi ini, Kineidoscope berharap dapat menjadi contoh dalam mengajak pihak-pihak terkait untuk lebih peduli terhadap kebutuhan penonton difabel.

Langkah Awal Menuju Festival yang Lebih Ramah

Melalui Open Discussion ini, Kineidoscope 2025 berharap bisa menghadirkan festival yang lebih terbuka dan peka terhadap kebutuhan semua penonton. Kolaborasi dengan Jogja Disability Arts bukan hanya memperluas cakupan program, tetapi juga menjadi pengingat bahwa seni dan film harus tumbuh bersama dengan seluruh komunitasnya. Kineidoscope berharap diskusi ini menjadi langkah awal untuk membuat festival yang lebih ramah bagi semua orang di tahun-tahun berikutnya.

Share This Article
Leave a Comment