Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa menyoroti beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan desa wisata di Indonesia. Salah satu isu utama yang disampaikan adalah kurangnya promosi, yang menjadi hambatan dalam memperluas daya tarik dan pengakuan desa wisata di tingkat nasional maupun internasional.
“Kemudian yang juga perlu kita benahi sama-sama juga di desa wisata adalah soal promosi,” ujar Ni Luh dalam konferensi pers Wonderful Indonesia Awards (WIA) 2025 di Jakarta, belum lama ini.
Selain masalah promosi, Ni Luh juga menyebutkan bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan kelembagaan di desa wisata menjadi tugas penting bagi pemerintah, khususnya Kementerian Pariwisata. Upaya untuk memberikan pendampingan kepada desa-desa wisata sangat diperlukan agar dapat berkembang secara berkelanjutan.
Salah satu inisiatif yang dilakukan oleh Kementerian Pariwisata adalah penyelenggaraan Wonderful Indonesia Awards 2025. Tujuan dari acara ini adalah untuk membangun reputasi pariwisata Indonesia sebagai destinasi yang kredibel dan kompetitif di dunia internasional.
Dalam ajang WIA 2025, terdapat beberapa desa wisata yang mendapatkan penghargaan. Berikut adalah beberapa pemenang:
- Desa Wisata Hijau Bilebante, Nusa Tenggara Barat, meraih Juara Umum dalam kategori Desa Wisata 2.
- Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Prai Ijing Tebara, Nusa Tenggara Timur, meraih Juara 2 dalam kategori Kelompok Sadar Wisata.
- Kampung Wisata Pecinan Glodok, DKI Jakarta, meraih Juara Harapan 3 dalam kategori Desa Wisata Berbasis Budaya.

Desa Wisata. Ilustrasi – (Yukpiknik)
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Menteri Pariwisata Republik Indonesia Widiyanti Putri Wardhana dan jajarannya kepada perwakilan pengurus dari ketiga Desa Bakti BCA tersebut, pada Jumat (5/12) di Gedung Sapta Pesona, Jakarta. Dalam acara ini, turut hadir Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Hariyanto, Deputi Bidang Pemasaran Ni Made Ayu Marthini, serta Vice President Corporate Social Responsibility BCA Nona Faletta Aryuni Sumanang.
Program Desa Bakti BCA memberikan pendampingan komprehensif kepada 27 desa wisata di Indonesia. Pendampingan ini mencakup berbagai aspek, seperti peningkatan kapasitas SDM, penguatan atraksi wisata, pengelolaan layanan, pembekalan literasi keuangan, perluasan akses pasar, serta pemberdayaan UMKM lokal.
Bakti BCA berharap dapat memperluas peluang ekonomi masyarakat, meningkatkan daya tarik destinasi, serta menciptakan ekosistem wisata yang lebih berkelanjutan. Direktur BCA Antonius Widodo Mulyono menyampaikan, “BCA merasa terhormat dan bangga atas pencapaian ketiga Desa Bakti BCA dalam ajang WIA 2025. Prestasi ini menegaskan bahwa pariwisata lokal memiliki potensi besar untuk tumbuh sebagai destinasi unggulan yang tidak hanya memikat wisatawan, tetapi juga menghadirkan nilai ekonomi, budaya, dan keberlanjutan bagi masyarakat.”
Desa Bakti BCA bertujuan untuk memantik inovasi, memperkuat kapasitas, serta membuka ruang kemajuan bagi desa-desa wisata. Dalam kesempatan ini, BCA juga menerima penghargaan dari Kemenpar RI sebagai Most Collaborative Tourism Village Partner.
“Penghargaan yang kami raih ini semata-mata karena BCA melihat pariwisata berbasis komunitas sebagai salah satu motor penggerak pembangunan daerah. Kami percaya bahwa perekonomian nasional yang kuat berawal dari desa yang berdaya. Ke depan, BCA, melalui Bakti BCA, akan terus memperkuat komitmennya dalam mendampingi desa wisata agar semakin inovatif, mandiri, dan mampu menghadirkan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat,” kata Antonius Widodo Mulyono.
