Film sinema laga 23 Seconds karya sutradara sekaligus penulis naskah asal Indonesia, Peter Taslim, sukses mencuri perhatian dunia lewat raihan sejumlah penghargaan di festival film internasional. Film produksi Dewa Pictures ini dinilai menghadirkan penyegaran dalam genre laga Indonesia, dengan sentuhan budaya dan aksi bela diri yang otentik.
Film yang memadukan drama, olahraga, dan aksi tersebut baru-baru ini memenangkan Best Action Film di Star City Film Festival di Iowa, Amerika Serikat. Pencapaian ini menjadi bukti bahwa sinema laga Indonesia mulai mendapat tempat di panggung dunia. “Berbagai penghargaan ini bukan kemenangan Dewa Pictures, tapi kemenangan seluruh insan kreatif Indonesia,” ujar Peter dalam press release yang diterima Goodside, Senin (10/11/2025).
Tak berhenti di situ, 23 Seconds juga menyabet Best Martial Arts Movie dan Best Director di Bollywood Hollywood Film Festival di Las Vegas pada Oktober 2025. Rangkaian prestasi berlanjut dengan penghargaan Best Martial Arts Film dari Urban Action Showcase International Action Film Fest di New York, serta Mention d’Honneur dari Milano International FICTS Festival di Milan.
Film ini juga terpilih sebagai Official Selection di Austin Action Fest and Market. Peter mengatakan, keberhasilan film ini tak lepas dari keberanian menghadirkan ide segar dan orisinal. “Dunia perfilman Indonesia akan menilai ketika kita berani keluar dari zona nyaman. Inilah bukti bahwa film Indonesia bisa tampil dengan genre berbeda dan tetap berdaya saing,” kata Peter.
Kombinasi Aksi dan Budaya
Film 23 Seconds menonjolkan koreografi pertarungan MMA, Judo, Muay Thai, dan Pencak Silat, dengan cerita yang menyentuh tentang keluarga dan persahabatan. Unsur silat di dalamnya menjadi simbol identitas bela diri Indonesia yang dibawa ke ranah global.
Proyek film 23 Seconds melibatkan kolaborasi lintas negara dengan komposisi pemain 50 persen dari Indonesia dan 50 persen dari Thailand. Beberapa aktor Indonesia yang turut terlibat dalam film 23 Seconds di antaranya Keanu Azka, Pangeran Lantang, Cecep Arif Rahman, Cornelio Sunny, Jenny Zhang, dan Nizam Tazkia.
Kolaborasi Internasional
Kolaborasi lintas negara dalam pembuatan film ini menunjukkan kemampuan industri perfilman Indonesia untuk bekerja sama dengan produser dan kreator internasional. Hal ini juga membuka peluang bagi para aktor dan sutradara lokal untuk menunjukkan bakat mereka di kancah global.
Beberapa elemen film seperti koreografi aksi, alur cerita, dan penampilan aktor telah mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Dengan capaian tersebut, 23 Seconds menandai babak baru bagi film laga Indonesia untuk diakui di tingkat internasional.
Keberhasilan yang Menginspirasi
Keberhasilan film 23 Seconds tidak hanya menjadi kebanggaan bagi Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi para kreator muda yang ingin mengembangkan genre laga dengan sentuhan budaya lokal. Film ini menunjukkan bahwa dengan kreativitas dan kerja keras, film Indonesia dapat bersaing dengan karya-karya internasional.
Selain itu, film ini juga memberikan wajah baru bagi perfilman Indonesia di mata dunia. Dengan menggabungkan unsur budaya dan aksi yang autentik, 23 Seconds membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam industri perfilman global.
Masa Depan yang Cerah
Dengan pencapaian yang diraih, 23 Seconds menjadi contoh bahwa film Indonesia tidak hanya bisa dilihat di dalam negeri, tetapi juga mampu menembus pasar internasional. Ini membuka jalan bagi lebih banyak film Indonesia yang bisa mendapatkan pengakuan di berbagai festival film dunia.
Selain itu, film ini juga menjadi dorongan bagi para kreator lokal untuk terus berkarya dengan semangat inovasi dan kualitas. Dengan adanya kesempatan seperti ini, industri perfilman Indonesia diharapkan bisa terus berkembang dan menjadi bagian dari peta perfilman global.
