Hotel Bekas Jenderal Sudirman di Malioboro Siap Beroperasi Kembali

goodside
4 Min Read

Grand Hotel De Djokja, salah satu hotel bersejarah di Yogyakarta, yang sebelumnya dikenal sebagai Grand Inna Malioboro, kini siap beroperasi kembali. Terletak di Jalan Malioboro, hotel ini hampir selesai direnovasi dan akan kembali melayani tamu setelah proses perbaikan yang cukup panjang.

Marketing Communication Manager Grand Hotel De Djokja, Maria Perwitasari, menjelaskan bahwa renovasi dilakukan dengan pendekatan pelestarian cagar budaya. “Tujuan utama dari renovasi ini adalah mengembalikan bentuk bangunan utama seperti saat pertama kali dibangun pada tahun 1911,” ujarnya.

Hotel yang sebelumnya bernama Hotel Asahi dan kemudian berganti nama menjadi Hotel Merdeka ini tutup sementara untuk renovasi sejak Januari 2023. Proses renovasi mencakup perbaikan sistem MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing) serta peningkatan fasilitas agar sesuai dengan standar hotel heritage dengan interior dan eksterior yang elegan dan mewah.

Pemeliharaan Cagar Budaya

Pihak manajemen hotel yang bernaung di bawah BUMN PT Hotel Indonesia Natour juga telah bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk membahas rencana persiapan operasional pasca-renovasi. Sultan HB X meminta agar proses renovasi dilakukan secara teliti dan tidak terburu-buru agar detail yang diinginkan dapat tercapai.

Maria menuturkan bahwa dalam renovasi itu sejumlah bagian hotel dikembalikan ke awal agar sesuai dengan peruntukannya sebagai cagar budaya. Selain itu, hotel yang lokasinya tepat di ujung akses masuk Jalan Malioboro juga mengembangkan sarana pendukung, seperti area parkir baru agar tamu wisatawan lebih leluasa masuk atau keluar di tengah padatnya kawasan Malioboro.

Kamar Bekas Jenderal Sudirman

Salah satu bagian paling istimewa dari hotel ini adalah kamar yang pernah menjadi ruang kerja Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kamar tersebut dinamakan Sudirman Suite dan merupakan ruang paling besar dan luas di hotel. Dari kamar ini, tamu dapat melihat pemandangan Jalan Mangkubumi hingga Jalan Malioboro.

Seluruh kusen pintu dan jendela kamar Sudirman Suite masih dipertahankan sesuai aslinya meskipun sudah dipugar. Kamar ini dinamai Sudirman Suite karena waktu itu menjadi tempat kantor MBO (Markas Besar Oemoem) Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin oleh Panglima Sudirman. Ia menempati ruang ini sekitar tahun 1946 hingga 1948 sebelum memimpin gerilya luar kota.

Pada 1946, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia karena situasi politik dan keamanan nasional, dan Hotel Merdeka (Grand Inna Malioboro) menjadi kompleks kantor untuk kabinet pemerintahan saat itu.

Perluasan Hotel Sebelum Renovasi

Sebelum renovasi ini, hotel yang ditingkatkan menjadi bintang lima telah mengalami dua kali perluasan secara total namun tanpa menghilangkan bangunan yang asli. Perluasan pertama dilaksanakan pada tahun 1984 dan diresmikan pada tahun 1985 oleh Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Perluasan kedua dilaksanakan pada tahun 1990 dan diresmikan pada tahun 1991 oleh Gubernur DIY Sri Paduka Paku Alam VIII. Pada 2012, kamar Sudirman Suite telah direnovasi dengan konsep modern, tetapi tetap menjaga konsep heritage dan bangunan cagar budaya. Kamar ini terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, dan dapur kecil dengan luas 150 meter persegi sehingga sangat cocok untuk keluarga.

Sejarah Nama Hotel

Semasa pendudukan Jepang, 1942-1945, hotel itu bernama Hotel Asahi. Setelah Jepang kalah, hotel itu berganti nama menjadi Hotel Merdeka hingga berubah menjadi Hotel Inna Garuda dan Grand Inna Malioboro. Kini, nama hotel berubah lagi menjadi Grand Hotel De Djokja.

Share This Article
Leave a Comment