Kisah Haru Hawa Zahrotul: Buku “Ya Allah, Sembuhkan Ibuku” untuk Ibu Berjuang Lawan Kanker

goodside
5 Min Read

Usia 12 tahun bukanlah usia biasa bagi sebagian besar anak, namun bagi Hawa Zahrotul Maulida, usia itu justru menjadi langkah besar dalam menapaki perjuangan. Hawa adalah siswi kelas 6 SD asal Demak, Jawa Tengah, yang menulis buku berjudul “Ya Allah, Sembuhkan Ibuku” sebagai wujud doa dan tekad kuat untuk melihat sang ibu sembuh dari kanker usus dan kanker payudara.

Di tengah situasi berat yang menimpa keluarga kecilnya, Hawa memilih pena sebagai alat perjuangan menghadapi kenyataan penuh ujian itu. Ia menyalurkan kesedihan, harapan, dan doa lewat tulisan sederhana yang kemudian dibukukan. Buku ini menjadi catatan harapan tulus seorang anak kepada ibunya yang berjuang melawan kanker dan kepada Tuhan yang selalu ia mohonkan kesembuhan.

Dari Pena ke Harapan

Sejak ibunya mulai menjalani pengobatan kanker usus dan kanker payudara, Hawa menyimpan banyak kesedihan yang sulit diungkap dalam kata-kata. Ia memilih menyendiri menulis agar hatinya tetap kuat. Ayah Hawa, Kurniawan Al Isyhad atau akrab disebut Kang Acil, mengatakan bahwa putrinya mulai menulis agar ibunya tetap kuat menjalani pengobatan.

“Semalam saya bersujud, memohon kepada Allah agar buku karya anak saya ini laris. Bukan semata demi uang, tetapi demi kebahagiaan Hawa yang selama ini harus menelan air mata dalam diam,” ujarnya.

Menurut Kang Acil, Hawa mulai rajin menulis sejak ibunya sakit. Salah satu tulisannya berjudul “Hari Ini Aku Sarapan Apa?” membuat dirinya tak kuasa menahan tangis.

“Sejak ibunya sakit, Hawa sering menahan air mata, menahan lapar, bahkan menahan amarah agar saya tidak ikut cemas. Kalimat sederhana itu seperti petir yang menyambar dada saya,” katanya pilu.

Buku “Ya Allah, Sembuhkan Ibuku” memuat kisah sederhana tentang keseharian seorang anak yang menyaksikan ibunya berjuang dan ayahnya bekerja keras. Kisah ini memberikan gambaran nyata bagaimana keluarga kecil mereka berupaya bertahan di tengah badai kanker dan ekonomi.

Kekuatan Bahasa yang Menyentuh

Dilansir dari data penerbit, buku ini terbit tahun 2025 oleh WAW Media dan menampilkan kekuatan bahasa yang jernih serta menyentuh. Karya ini bukan hanya tentang penyakit dan kesembuhan, tetapi juga simbol cinta dan doa anak kepada orang tuanya di tengah penderitaan. Hawa menuliskan agar beban keluarga sedikit terangkat, meski kondisi mereka terbatas secara finansial.

Dalam pesan singkatnya, Hawa mengaku menulis buku itu agar bisa membantu meringankan beban ekonomi keluarga. “Hawa cuma ingin ayah dan mama tidak terlalu capek mencari rezeki,” kata Hawa dikutip dari PR Solo Raya, Kamis, 13 November 2025 siang.

Selain itu, siswi asal Demak ini juga bercita-cita melanjutkan pendidikan ke pesantren modern. “Lebihnya insya Allah Hawa ingin masuk pesantren modern, tapi kalau kondisi seperti ini Hawa sekolah di SMP negeri aja,” tambahnya.

Pembelian Buku dan Dukungan Masyarakat

Harga buku dibanderol Rp 25.000 belum termasuk ongkos kirim, sebagaimana diinformasikan keluarga melalui akun Facebook @Kang Acil. Pembelian dapat dilakukan melalui nomor 0813-2097-2507 atau bantuan langsung ke rekening BCA 1393794325 atas nama Ade Kurniawan.

Kang Acil berharap karya ini bukan hanya laku dijual, tapi juga mengetuk empati masyarakat terhadap perjuangan keluarga mereka di Demak. Ia menegaskan, perjuangan putrinya menulis buku bukan demi popularitas, melainkan demi memberi harapan kepada ibunya yang tengah berjuang melawan kanker.

Inspirasi dari Kehidupan Hawa

Kisah Hawa memperlihatkan bahwa anak seusia SD pun mampu membawa harapan besar melalui tulisan. Ia membuktikan bahwa usia muda bukan halangan untuk bertindak dan memberi makna. Ketulusan dan daya juangnya menjadi inspirasi banyak orang untuk tidak menyerah di tengah kesulitan hidup.

Buku “Ya Allah, Sembuhkan Ibuku” kini menjadi simbol kekuatan doa dan cinta seorang anak bagi kesembuhan orang tuanya. Hawa mengajarkan bahwa harapan bisa lahir dari tangan mungil yang menulis dengan air mata, bukan tinta semata.

Di tengah perjuangan melawan kanker yang berat, Hawa membuktikan bahwa kasih seorang anak bisa menjadi penawar luka batin keluarga. Cerita ini juga menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya dukungan moral dan finansial bagi keluarga pasien kanker di Indonesia.

Lebih dari itu, kisahnya menjadi pengingat bahwa pendidikan dan cita-cita anak bangsa tidak boleh terhenti meski dihimpit kesulitan ekonomi. Pada akhirnya, semangat Hawa Zahrotul dari Demak, Jawa Tengah, dalam menghadapi kenyataan pahit yang menimpa keluarganya adalah bukti bahwa lewat buku “Ya Allah, Sembuhkan Ibuku”, doa dan tulisan bisa menjadi jembatan harapan dalam menghadapi kanker.

Baca juga:

Share This Article
Leave a Comment