Olimpiade Madrasah 2025 Usai, Menag: Sains dan Agama Harus Selaras

goodside
3 Min Read

Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengungkapkan rasa kagum terhadap inovasi dan kompetensi yang ditunjukkan oleh para peserta dalam gelaran Olimpiade Madrasah (OMI) 2025. Acara ini telah selesai digelar di Tangerang, Banten, pada tanggal 11 hingga 14 November 2025. Menag menyampaikan bahwa OMI 2025 menampilkan berbagai karya yang luar biasa, yang menjadi wujud nyata dari semangat hikmah dan akar sejarah peradaban manusia.

Olimpiade ini diselenggarakan dalam berbagai tingkatan, mulai dari satuan pendidikan, tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional. Dalam acara tersebut, ratusan medali diperebutkan dalam 11 kategori sains dan 3 kategori tema riset. Para siswa berhasil meraih prestasi di berbagai disiplin ilmu, seperti Matematika Terintegrasi, Biologi Terintegrasi, Fisika Terintegrasi, Kimia Terintegrasi, Ekonomi Terintegrasi, dan Geografi Terintegrasi.

Menag menekankan bahwa madrasah selama masa keemasan Islam menjadi pusat integrasi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Ia menjelaskan bahwa ciri khas keilmuan Islam klasik adalah tidak adanya sekat antara ilmu agama dan ilmu sains. Dari madrasah lahir para ilmuwan besar yang juga tokoh agama. Hal ini menjadi ciri khas pendidikan Islam di masa lalu.

Menurut Menag, Islam sejak awal sangat menghargai ilmu pengetahuan. Ia memberikan contoh bagaimana Nabi Muhammad SAW memberikan apresiasi kepada seorang anak muda yang menemukan teknologi penerangan baru di Madinah, sebagai bentuk dukungan terhadap inovasi dan kreativitas.

“Kita bisa melihat bahwa Islam sangat menghormati sains dan para pencari ilmu,” ujarnya.

Dalam pandangan Menag, sains dan agama bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan saling melengkapi. Sains menjadi alat bagi manusia untuk menjadi khalifah di bumi, sedangkan agama adalah kekuatan yang membimbing manusia sebagai hamba Allah. Keduanya harus berjalan beriringan, dan yang paling mampu memadukan keduanya adalah madrasah.

Partisipasi yang Luas dan Sistem Seleksi yang Transparan

Direktur KSKK Madrasah Kementerian Agama, Nyayu Khodijah, menjelaskan bahwa pelaksanaan OMI 2025 mendapat banyak minat. Seluruh tahapan seleksi menggunakan sistem CBT (Computer Based Test) untuk menjamin transparansi dan objektivitas penilaian. Total peserta yang terlibat secara keseluruhan mencapai lebih dari 202 ribu siswa dari tiga jenjang, yaitu SLTA, SLTP, dan SD.

Mayoritas peserta adalah perempuan, dengan jumlah sebesar 136.171 siswa (67,43 persen). Pelaksanaan OMI mencapai 555 titik lokasi yang tersebar di masing-masing kabupaten/kota. Ia berharap kegiatan ini dapat menciptakan suasana kompetisi yang memicu perkembangan pendidikan di madrasah.

Penutup

OMI 2025 menjadi wadah yang penting untuk menumbuhkan semangat kompetisi dan pengembangan potensi siswa. Melalui ajang ini, madrasah terbukti mampu menjadi pusat integrasi antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. Dengan partisipasi yang luas dan sistem seleksi yang transparan, OMI 2025 diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Baca juga:

Share This Article
Leave a Comment