Sevenkey, sebuah band pop rock asal Purwakarta, meluncurkan single perdana mereka “Selamanya Kamu” di Bandung. Acara ini menjadi momen penting dalam perjalanan musik mereka menuju kancah nasional. Pemilihan Bandung sebagai kota rilis bukanlah kebetulan, tetapi menandai penempatan poros kreatif baru antara Purwakarta dan Bandung.
- Kehadiran Sevenkey Tanpa Nama Besar
- Purwakarta: Kota Kecil yang Menyimpan Nada Besar
- Bandung: Kota Kreatif yang Menyambut Dengan Pintu Terbuka
- Poros Baru: Ketika Dua Kota Saling Menguatkan
- Tidak Menempel pada Figur, Tidak Menunggu Validasi
- Bandung sebagai Tonggak Sejarah
- Jejak Pertama dari Poros Sunyi
- Jikun /rif: Gitaris yang Mengisi Suara Sevenkey
- Pengamat Musik Dicky Vano
Kehadiran Sevenkey Tanpa Nama Besar
Dalam acara peluncuran single tersebut, Sevenkey tidak datang dengan nama besar atau dukungan dari tokoh publik. Mereka hadir hanya dengan satu hal: keberanian untuk menciptakan sejarah musik dari tanah sendiri. Tidak ada penggunaan popularitas sang Bupati Purwakarta atau figur lain yang memengaruhi langkah mereka.
Vokalis Mbit Rezky menyebut Purwakarta sebagai rumah yang selalu menjadi titik mula kreativitas mereka. Ia mengatakan bahwa ketenangan kota itu memberi ruang bagi mereka untuk merakit jati diri musikal mereka secara pelan, konsisten, dan jujur.
Purwakarta: Kota Kecil yang Menyimpan Nada Besar
Purwakarta dikenal sebagai kota yang tenang, tidak bising seperti Jakarta, tidak sesibuk Bandung. Namun justru dari ketenangan itulah Sevenkey menemukan ruang untuk berkembang. Kota ini memberi mereka jeda, ritme, dan keheningan yang melahirkan keberanian untuk bermimpi.
Bandung: Kota Kreatif yang Menyambut Dengan Pintu Terbuka
Jika Purwakarta adalah rumah, maka Bandung adalah gerbang. Bandung memberi ruang untuk tumbuh, bersuara, dan diuji. Keyboardis Agung Satria mengatakan bahwa keputusan merilis single di Bandung adalah pilihan yang datang dari hati, bukan strategi politik atau pencitraan.
Ia menjelaskan bahwa mereka ingin dikenal karena karya, bukan karena figura siapa pun. Bandung memberi panggung yang pas, tidak terlalu besar untuk menelan mereka, tapi cukup hangat untuk menerima mereka. Bandung bukan hanya tempat rilis, tetapi tempat Sevenkey merasa dilihat sebagai musisi, bukan sebagai warga kota asal seseorang atau representasi dari tokoh publik mana pun.
Poros Baru: Ketika Dua Kota Saling Menguatkan
Hubungan Purwakarta–Bandung selalu dekat secara geografis. Namun bagi Sevenkey, hubungan ini kini menjadi lebih dari sekadar kedekatan jarak. Mereka melihat keduanya sebagai poros kreatif yang saling mengisi:
- Purwakarta memberi ketulusan.
- Bandung memberi ruang.
- Musik menjadi jembatan.
Pengamat musik lokal, Dicky Vano yang hadir dalam peluncuran single mengatakan bahwa keputusan Sevenkey memilih Bandung adalah cermin dari gelombang baru musisi Jawa Barat yang tidak perlu lagi ke Jakarta untuk membuktikan diri.
Tidak Menempel pada Figur, Tidak Menunggu Validasi
Di tengah publik yang sering mengaitkan perkembangan Purwakarta dengan sosok pemimpin-pemimpinnya—baik yang kini menjabat di Jawa Barat maupun di Purwakarta sendiri—Sevenkey memilih berdiri sendiri. Mereka tidak ingin perjalanan musik ini dihubungkan dengan kebijakan, popularitas, atau gaya kepemimpinan siapa pun.
“Kami bersyukur dengan siapa pun yang memimpin daerah kami, tapi musik ini lahir bukan dari beliau-beliau. Musik ini lahir dari kami sendiri,” ujar Agung Satria.
Langkah itu menjadi pesan penting: Bahwa karya bisa berdiri tanpa harus bersandar pada nama besar siapa pun.
Bandung sebagai Tonggak Sejarah
Peluncuran “Selamanya Kamu” di Armor Genuine Urban Forest bukan hanya momen rilis single. Ini adalah penanda babak baru Sevenkey, di kota yang menjadi saksi kelahiran banyak band besar Indonesia. Mereka membawakan lagu itu live di hadapan media dan penggemar, menandai bahwa perjalanan panjang dari Purwakarta tidak sia-sia. Kota kreatif itu memberikan batu loncatan pertama bagi Sevenkey untuk menapaki panggung nasional.
Jejak Pertama dari Poros Sunyi
Sevenkey kini tengah menggarap album perdana yang akan dirilis dalam format vinyl, sebuah keputusan yang menegaskan keseriusan mereka terhadap kualitas dan keabadian karya. Dengan memilih berjalan dari Purwakarta menuju Bandung, mereka menciptakan poros musik baru: poros yang lahir dari dua kota yang mungkin sunyi, namun menyimpan suara besar yang siap didengar Indonesia.
Single “Selamanya Kamu” kini tersedia di seluruh platform digital.
Jikun /rif: Gitaris yang Mengisi Suara Sevenkey
Gitaris yang digandeng Sevenkey dalam single “Selamanya Kamu” bukan nama sembarangan. Jikun, yang dikenal luas sebagai gitaris utama band /rif, sudah puluhan tahun menjadi salah satu ikon rock Indonesia. Bersama /rif, ia melahirkan sejumlah lagu besar seperti Radja, Loe Toe Ye, hingga Aku Ini Aku, yang menempatkan band asal Bandung itu sebagai salah satu poros musik rock terpenting sejak era 90-an.
Karakter permainan gitar Jikun yang tegas dan bertenaga membuatnya mudah dikenali, sementara proyek solonya, Jikunsprain, memperlihatkan sisi eksploratifnya dalam produksi modern dan sound yang lebih eksperimental. Perpaduan pengalaman panjang dan sensitivitas musikal itulah yang kini ia bawa ke Sevenkey, memberi nuansa baru yang makin mematangkan arah musik band asal Purwakarta tersebut.
Pengamat Musik Dicky Vano
Dicky Vano adalah pengamat musik asal Bandung yang dikenal dengan analisis tajam namun mudah dipahami publik. Ia kerap membedah tren pop, rock, dan musik digital dengan gaya lugas, segar, dan relatable. Pandangan-pandangannya viral di berbagai platform karena mampu menghubungkan musik dengan perubahan budaya, selera generasi muda, dan arah industri kreatif Indonesia.
