Spotify Wrapped 2025: Apakah Ini Ajang Pamer Selera Musik Terbaik?

goodside
5 Min Read

Bulan Desember telah tiba, dan ini menjadi waktu yang tepat untuk melihat kembali perjalanan musik selama 11 bulan terakhir. Banyak aplikasi menyediakan fitur yang bisa merekap aktivitas pengguna, salah satunya adalah Spotify. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mengakses jutaan lagu, album, podcast, dan konten audio lainnya secara praktis melalui koneksi internet.

Spotify memiliki fitur bernama Wrapped yang memberikan gambaran tentang perjalanan musik pengguna dari bulan Januari hingga saat fitur ini dirilis. Fitur ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015 dengan nama “Year in Music”. Pada tahun berikutnya, namanya berganti menjadi “Spotify Wrapped”, yang hingga kini tetap menjadi fitur yang dinantikan oleh para penggemar musik.

Mengapa Spotify Wrapped Menjadi Favorit?

Spotify Wrapped menjadi sangat dinantikan karena memungkinkan pengguna melihat bagaimana selera musik mereka berkembang sepanjang tahun. Selain itu, fitur ini juga menjadi ajang untuk berbagi pengalaman musik dengan sesama penggemar. Pada tahun 2025, Spotify Wrapped dirilis pada tanggal 3 Desember 2025. Setelah dirilis, timeline media sosial langsung dipenuhi oleh postingan yang menampilkan lagu-lagu favorit, durasi mendengarkan musik, genre yang sering diputar, serta album dan artis terfavorit.

Secara umum, Spotify Wrapped lebih dari sekadar laporan musik. Ini menjadi seperti “laporan” tahunan tentang selera musik seseorang. Pertanyaannya adalah: Apakah fitur ini benar-benar untuk mengetahui perjalanan musik kita? Atau, apakah Spotify Wrapped menjadi ajang pamer selera musik yang paling terbaik?

Spotify Wrapped: Bagian dari Identitas Seseorang

Dulu, laporan akhir tahun Spotify hanya sekadar untuk bersenang-senang. Namun, sekarang sudah menjadi bagian dari identitas seseorang. Tahun 2025 membawa beberapa fitur baru yang semakin menarik, seperti Listening Age yang menunjukkan usia yang cocok dengan selera musik pengguna, atau Listener Archetype seperti “Si Lompat Genre” atau “Si Penjelajah Waktu”.

Spotify tidak hanya menunjukkan apa yang kita dengarkan, tapi juga siapa kita lewat musik. Dan disinilah ajang “pamer” mulai terjadi. Ketika seseorang membagikan hasil Wrapped ke media sosial, seperti WhatsApp, Instagram, TikTok, atau X (Twitter), mereka tidak hanya membagikan playlist, tetapi juga menunjukkan pernyataan:

  • Pamer Menit Mendengarkan: Misalnya, “aku dengerin musik selama 48.590 menit di tahun ini!” menunjukkan bahwa seseorang sangat mencintai musik hingga mendengarkannya setiap hari.
  • Pamer Artis Unik: “Hasil artis top ku cuma didengerin sama 0.7% pendengar diseluruh dunia.” Ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki selera artis yang unik dan langka, sehingga menjadi kebanggaan tersendiri.
  • Pamer Konsistensi: “Artis ini jadi top artis ku selama 3 tahun berturut-turut.” Ini menjadi kebanggaan karena menunjukkan bahwa seseorang konsisten dan menjadi pendengar setia bagi artis tersebut.

Di dunia media sosial, Spotify Wrapped menjadi identitas sosial. Mendapatkan top artis yang dianggap keren, kece, estetik, atau berkelas membuat seseorang dipandang lebih. Ini adalah cara cepat untuk menyatakan: “Nih, aku itu termasuk di geng orang yang selera musiknya keren.”

Sisi Lain: Drama Dibalik Layar

Namun, dibalik postingan Spotify Wrapped “keren” seseorang, ada sisi lain yang sudah menjadi rahasia umum.

  • “Pasang” Selera Biar Keren: Kita mulai hati-hati dan memilih untuk mendengarkan lagu yang dianggap keren dan gaul. Atau, sengaja memutar lagu-lagu artis indie, pop, metal yang keren menjelang bulan November agar hasil Spotify Wrapped nanti tidak memalukan. Padahal sebenarnya, genre lagu tersebut bukan termasuk selera kita. Ini bisa disebut sebagai drama di balik layar, kita sadar kalau kita sedang “ngelatih” algoritma musik agar hasilnya nanti dapat dipamerkan dengan bangga.
  • Semua Orang Merasa Beda, Padahal Aslinya Sama: Spotify Wrapped menampilkan selera pribadi, desainnya dibuat agar mudah disebarkan dan dibanding-bandingkan. Desain visual yang mencolok dan narasi yang menarik sukses membuat semua penggunanya betah memandangi. Spotify berusaha keras menunjukkan bahwa kita adalah orang yang “paling” unik, tapi pada akhirnya, kita semua dikelompokkan dalam kategori keren seperti “The Visionary” atau “The Collector.” Hal ini malah mendorong kita untuk membandingkan hasil Wrapped kita dengan yang lainnya.

Pamer Selera: Kenapa Merasa Lebih Keren?

Kenapa rasanya bangga banget saat hasil Wrapped sesuai dengan kemauan kita? Sudah menjadi sifat alami manusia untuk saling membandingkan. Ketika top artis kita sama dengan teman, kita langsung merasa “nyambung”. Spotify Wrapped memudahkan kita bertemu dengan orang-orang yang memiliki selera sama di dunia maya. Namun, Spotify Wrapped juga dapat menjadi kompetisi. Hasil yang keluar, tertulis angka yang jelas buat dibandingin. Menjadi top 1% pendengar dirasa seperti menang medali emas, semua orang akan merasa lebih keren. Sebaliknya, ketika hasil kita biasa saja, membuat kita merasa kalah dengan yang lain atau selera kita ternyata kurang gaul.

Share This Article
Leave a Comment