Memahami Perilaku Pasif-Agresif dalam Hubungan
Dalam setiap hubungan, baik itu dengan pasangan, teman, rekan kerja, atau anggota keluarga, rasa nyaman dan aman adalah fondasi yang penting untuk menjaga kesehatan emosional. Ketika kita berada di dekat orang yang suportif, kita biasanya merasa tenang, diterima, dan dihargai. Namun, terkadang kita justru merasa bingung, bersalah, cemas, atau bahkan mempertanyakan diri sendiri tanpa alasan yang jelas.
Jika hal ini sering terjadi, mungkin Anda sedang menghadapi perilaku pasif-agresif. Dalam psikologi, perilaku ini diartikan sebagai bentuk ekspresi kemarahan atau penolakan secara tidak langsung. Alih-alih menyampaikan emosi secara terbuka, pelaku menggunakan cara-cara halus, menyakitkan, dan membingungkan. Akibatnya, Anda merasa bersalah, tidak cukup baik, atau selalu “salah” seolah-olah semua masalah berasal dari diri Anda sendiri.
Berikut adalah sembilan taktik pasif-agresif yang sering digunakan:
Silent Treatment: Diam untuk Mengontrol
Alih-alih berbicara atau menjelaskan apa yang mengganggu mereka, pelaku memilih diam, bahkan selama berhari-hari. Tujuannya bukan untuk menenangkan diri, melainkan menghukum Anda secara emosional. Anda merasa bingung dan bertanya-tanya apa kesalahan Anda hingga akhirnya meminta maaf meski tidak tahu alasannya.Menunda atau Sengaja Tidak Menyelesaikan Tugas
Saat diminta melakukan sesuatu, mereka menyetujui di awal tetapi pada akhirnya terlambat, tidak selesai, atau hasilnya asal-asalan. Ini adalah cara pasif untuk menyatakan ketidaksetujuan tanpa terlihat menolak.Pujian yang Ternyata Sindiran
Penilaian mereka terdengar seperti pujian, tetapi justru merendahkan. Contohnya: “Wah, kamu akhirnya bisa ya dandan rapi juga.” Nada seperti ini membuat Anda kebingungan antara harus tersenyum atau merasa tersindir.Mengungkapkan Kemarahan Melalui Humor atau Candaan
Kritik disamarkan sebagai lelucon. Saat Anda tersinggung, mereka berkata, “Kok baper? Itu kan cuma bercanda.” Akhirnya, Anda yang merasa salah karena dianggap terlalu sensitif.Membuat Anda Merasa Bersalah (Guilt-Tripping)
Mereka tidak menyatakan kebutuhan secara langsung, tetapi membuat Anda merasa bersalah karena tidak memenuhi ekspektasi yang tidak pernah diberitahukan. Anda dipaksa menanggung tanggung jawab atas emosi mereka.Victim Playing: Selalu Menjadi Korban
Dalam konflik apa pun, mereka selalu jadi pihak yang “paling tersakiti”. Anda akhirnya merasa tidak enak hati dan mengalah, meski sebenarnya mereka yang membelokkan keadaan.Sengaja Mengabaikan Batasan Anda
Mereka berpura-pura lupa, salah paham, atau tidak mendengar batasan yang Anda buat. Seolah-olah Anda tidak berhak menetapkan kenyamanan atau berkata “tidak”. Contohnya: Anda bilang ingin istirahat, mereka tetap menuntut perhatian—lalu mengeluh jika Anda menolak.Memberi Informasi Secuil demi Secuil
Informasi penting ditahan, diberikan setengah-setengah, atau disampaikan terlambat. Anda pun nampak tidak kompeten atau terpaksa bergantung pada mereka.Menghadirkan Ketidakpastian Emosional
Anda tidak pernah tahu kapan mereka marah, kecewa, atau senang. Suasana hati mereka berubah-ubah tanpa penjelasan. Ini menyebabkan Anda selalu siaga dan takut melakukan kesalahan.
Mengapa Taktik Pasif-Agresif Efektif?
Karena mereka menciptakan kebingungan dan rasa bersalah, dua emosi yang membuat orang sulit menolak atau membela diri. Anda merasa:
* Tidak enak hati
* Takut menyakiti mereka
* Takut dianggap jahat
* Merasa selalu salah
Kebingungan dan rasa bersalah membuat Anda semakin mudah dikendalikan.
Ciri Umum yang Dialami Korban
Jika menghadapi orang pasif-agresif, Anda mungkin mengalami:
* Overthinking
* Mudah merasa bersalah
* Sulit mengekspresikan pendapat
* Merasa diri selalu keliru
* Energi emosional terkuras
* Perasaan terisolasi
* Bahkan akhirnya mempertanyakan kewarasan sendiri.
Mengapa Mereka Bertindak Pasif-Agresif?
Perilaku ini umumnya terbentuk dari:
* Sulit mengekspresikan emosi secara langsung
* Takut konflik
* Trauma masa lalu
* Kepercayaan diri rendah
* Butuh kontrol tanpa ingin terlihat “jahat”
Namun, alasan bukanlah pembenaran—akibatnya tetap merugikan.
Bagaimana Menghadapinya?
Beberapa langkah yang dapat dilakukan:
* Kenali taktiknya
* Tetapkan batas tegas
* Komunikasikan secara jelas
* Jangan merasa wajib menyenangkan mereka
* Dokumentasikan percakapan (jika di lingkungan kerja)
* Cari bantuan profesional jika melelahkan
Yang terpenting: Anda tidak wajib menerima perilaku yang membingungkan dan merendahkan.
Kapan Saatnya Menjauh?
Jika perilaku ini:
* Berulang tanpa perubahan
* Membuat Anda tidak berharga
* Menguras mental dan emosi
* Memengaruhi keseharian dan kesehatan
Maka menjauh bisa menjadi pilihan terbaik.
Melindungi diri bukanlah tindakan egois. Itu adalah bentuk cinta pada diri sendiri.
Kesimpulan
Hubungan yang sehat membuat kita merasa tenang, bukan bingung atau selalu bersalah. Jika kehadiran seseorang justru menciptakan tekanan emosional, kebingungan, dan bersalah tanpa alasan, mungkin Anda sedang berhadapan dengan perilaku pasif-agresif.
Mengenali taktik mereka adalah langkah pertama untuk merebut kembali kendali atas hidup Anda. Ingat, Anda berhak diperlakukan dengan hormat, didengar, dan dihargai. Jangan biarkan siapa pun membuat Anda meragukan nilai diri sendiri.
Pada akhirnya, kesehatan mental Anda lebih berharga daripada mempertahankan hubungan yang melelahkan.
