Kecaman Olivia Rodrigo terhadap Penggunaan Lagu Tanpa Izin dalam Video Deportasi
Seorang penyanyi pop ternama, Olivia Rodrigo, mengungkapkan kekecewaannya terhadap penggunaan lagu miliknya tanpa izin dalam sebuah video promosi yang digunakan untuk mempromosikan tindakan deportasi imigran. Video tersebut menampilkan petugas Immigration and Customs Enforcement (ICE) yang menangkap dan mendeportasi imigran secara paksa. Dengan latar belakang lagu “All-American Bitch” dari album Guts, video ini juga menampilkan potongan adegan imigran yang disebut “sukarela” meninggalkan Amerika, tersenyum dan mengacungkan jempol di bandara.
Keterangan unggahan itu berbunyi, “TINGGALKAN SEKARANG dan deportasi diri Anda menggunakan aplikasi CBP Home. Jika tidak, Anda akan menghadapi konsekuensinya.” Respons Olivia Rodrigo langsung muncul di kolom komentar, dengan tulisan tegas, “Jangan pernah menggunakan lagu-lagu saya untuk mempromosikan propaganda rasis dan kebencian Anda.”
Unggahan tersebut segera viral dan mendapat dukungan luas dari para penggemar serta aktivis HAM. Hingga kini, pihak Gedung Putih maupun ICE belum memberikan pernyataan resmi. Tak lama setelah protes, komentar Rodrigo langsung dihapus, yang dapat dilihat di Instagram Gedung Putih dan ICE. Unggahan itu pun menghapus lagu “All-American Bitch.” Namun netizen yang mengetahui komentar Rodrigo yang dihapus itu langsung bereaksi mengecam Trump dan ICE. Beberapa netizen menyampaikan pendapat mereka, seperti, “Brengsek kalian semua menghapus komentar @oliviarodrigo Dia bilang kalian tidak izin menggunakan lagunya untuk unggahan kalian.” Ada juga netizen yang mendorong Rodrigo untuk mensomasi Trump dan ICE.
Sikap Olivia terhadap Isu Imigrasi
Olivia Rodrigo dikenal vokal dalam menyuarakan isu sosial dan politik. Pada Juni lalu, ia sempat menyinggung keras kebijakan imigrasi pemerintahan Trump yang dianggap kejam. Dalam unggahan Instagram Story-nya, Rodrigo menulis, “Saya lahir dan besar di Los Angeles, dan saya sangat sedih melihat deportasi kejam terhadap tetangga saya di bawah pemerintahan saat ini. LA tidak akan ada tanpa para imigran,” tulisnya.
Ia juga menekankan pentingnya empati dalam memperlakukan komunitas pekerja migran yang telah menjadi bagian dari wajah Amerika. “Memperlakukan mereka tanpa rasa hormat dan tanpa proses yang adil itu menyedihkan. Saya berdiri bersama para imigran di seluruh Amerika untuk kebebasan berbicara dan kebebasan memprotes,” tambahnya.
Sikap ini konsisten dengan pandangan politiknya. Dalam pemilu 2024, Rodrigo secara terbuka mendukung Kamala Harris dan menolak kebijakan Donald Trump yang dinilainya diskriminatif terhadap kelompok minoritas.
Pemerintah dan Penggunaan Musik Tanpa Izin
Insiden ini menambah daftar panjang pelanggaran hak cipta musik yang dilakukan oleh pemerintahan Trump. Sebelumnya, Kenny Loggins mengecam keras penggunaan lagunya “Danger Zone” untuk video berteknologi AI yang menggambarkan Trump menjatuhkan kotoran pada pengunjuk rasa “No Kings”. Bahkan, Gedung Putih juga sempat menuai kritik setelah membuat unggahan TikTok menggunakan lagu Taylor Swift “The Fate of Ophelia” tanpa izin.
Kasus Olivia Rodrigo menjadi contoh terbaru bagaimana karya musik dijadikan alat propaganda tanpa memperhatikan makna dan konteksnya. “All-American Bitch” sendiri adalah lagu yang menyoroti kemarahan dan ketegangan batin generasi muda perempuan Amerika, bukan lagu patriotik seperti yang mungkin diinginkan pemerintah.
Protes Olivia bukan sekadar soal izin musik, melainkan tentang integritas karya dan pesan kemanusiaan di baliknya. Ia menolak ketika suara yang lahir dari empati justru dipelintir menjadi alat untuk menormalisasi kebijakan yang keras dan tidak manusiawi.
