Bulan Desember telah tiba, saatnya kita melihat kembali apa yang telah kita lakukan selama 11 bulan terakhir. Banyak aplikasi menyediakan fitur untuk merekap kegiatan pengguna, salah satunya adalah Spotify. Aplikasi ini digunakan untuk mengakses jutaan lagu, album, podcast, dan konten audio lainnya dari seluruh dunia secara praktis melalui koneksi internet.
Fitur Wrapped: Kembali Mengingat Perjalanan Musik
Spotify menyediakan fitur Wrapped yang membantu penggunanya mengetahui perjalanan musik dari bulan Januari hingga waktu Wrapped dirilis. Fitur ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015 dengan nama “Year in Music”. Pada tahun berikutnya, namanya berganti menjadi “Spotify Wrapped” yang sampai saat ini menjadi fitur yang selalu ditunggu-tunggu oleh para penggemar musik.
Kenapa Wrapped Menjadi Tunggangan?
Fitur ini memungkinkan penggemar melihat bagaimana selera mereka berkembang selama setahun dan berbagi perjalanan musik kepada sesama penggemar. Para pendengar musik sangat penasaran dengan hasil dari Spotify Wrapped karena sebagian besar dari mereka menganggap bahwa hal tersebut adalah “ajang” untuk pamer selera musik seseorang. Pada tahun 2025, Spotify Wrapped dirilis pada tanggal 3 Desember 2025. Setelah dirilis, timeline akan langsung banjir postingan lagu yang paling sering didengar, angka berupa berapa menit mendengarkan musik, genre yang sering diputar, dan pengakuan album serta artis terfavorit.
Spotify Wrapped: Lebih Dari Sekadar Laporan
Spotify Wrapped bukan hanya sekadar laporan mendengarkan musik selama setahun. Ini sudah menjadi semacam “laporan” tahunan selera musik seseorang. Pertanyaannya adalah: Apakah fitur ini benar-benar untuk mengetahui perjalanan musik kita? Atau, apakah Spotify Wrapped menjadi ajang pamer selera musik yang paling terbaik?
Spotify Wrapped: Sudah Menjadi Bagian Identitas Seseorang?
Dulu, laporan akhir tahun Spotify cuma sekadar untuk bersenang-senang. Namun, sekarang sudah menjadi identitas bagi kita. Terdapat fitur baru di Spotify Wrapped 2025 yang semakin seru, seperti Listening Age yang bisa menunjukkan selera musik kita cocok sama umur berapa. Atau, Listener Archetype, misalnya Si Lompat Genre atau Si Penjelajah Waktu. Intinya, Spotify bukan cuma bilang apa yang kita dengerin, tapi juga siapa kita lewat musik. Dan disinilah ajang “pamer” atau flexing mulai terjadi.
Pamer Selera: Cara Menunjukkan Identitas
Ketika seseorang membagikan hasil Wrapped ke media sosial, seperti Status WhatsApp, Instagram, TikTok, X (Twitter), kita tidak hanya membagikan playlist, kita juga menunjukkan pernyataan:
- Pamer Menit Mendengarkan: Pernyataan seperti “aku dengerin musik selama 48.590 menit di tahun ini!” menunjukkan bahwa seseorang sangat mencintai musik hingga mereka mendengarkan musik setiap hari.
- Pamer Artis Unik: “Hasil artis top ku cuma didengerin sama 0.7% pendengar diseluruh dunia.” Mengklaim bahwa seseorang memiliki selera artis yang unik dan langka, ini menjadi kebanggaan tersendiri.
- Pamer Konsistensi: Seseorang akan bangga ketika “Artis ini jadi top artis ku selama 3 tahun berturut-turut.” Dapat menjadi kebanggaan karena dia termasuk orang yang konsisten dan menjadi pendengar setia bagi artis tersebut.
Di dunia media sosial, Spotify Wrapped adalah identitas sosial. Mendapatkan top artis yang dianggap keren, kece, estetik, atau berkelas menjadikan seseorang dipandang lebih. Ini adalah cara cepat untuk menyatakan: “Nih, aku itu termasuk di geng orang yang selera musiknya keren.”
Sisi Lain: Drama Dibalik Layar!
Namun, dibalik postingan Spotify Wrapped “keren” seseorang, ada sisi lain yang sudah menjadi rahasia umum.
“Pasang” Selera Biar Keren
Kita mulai hati-hati dan memilih untuk mendengarkan lagu yang dianggap keren dan gaul. Atau, sengaja memutar lagu-lagu artis indie, pop, metal yang keren menjelang bulan November agar hasil Spotify Wrapped nanti tidak memalukan. Padahal sebenarnya, genre lagu tersebut bukan termasuk selera kita. Dapat disebut sebagai drama dibalik layar, kita sadar kalau kita lagi “ngelatih” algoritma musik agar hasilnya nanti dapat dipamerkan dengan bangga. Intinya, kita semua sedang menyiapkan pertunjukan ini dari jauh-jauh hari.Semua Orang Merasa Beda, Padahal Aslinya Sama
Spotify Wrapped menampilkan selera pribadi, desainnya dibuat agar mudah disebarkan luaskan dan dibanding-bandingkan. Desain visualnya yang mencolok dan narasi yang dibuat dengan menarik, sukses membuat semua penggunanya betah memandangi. Spotify berusaha keras menunjukkan bahwa kita adalah orang yang “paling” unik, tapi pada akhirnya, kita semua dikelompokkan dalam kategori keren seperti “The Visionary” atau “The Collector.” Hal ini malah mendorong kita untuk membandingkan hasil Wrapped kita dengan yang lainnya. Sebenarnya, ini semua tergantung pada individu masing-masing.
Pamer Selera: Kenapa Merasa Lebih Keren?
Kenapa rasanya bangga banget saat hasil Wrapped sesuai dengan kemauan kita? Sudah menjadi sifat alami manusia untuk saling membandingkan. Ketika top artis kita sama dengan teman, kita langsung merasa “nyambung”. Spotify Wrapped memudahkan kita bertemu dengan orang-orang yang memiliki selera sama di dunia maya. Namun, Spotify Wrapped juga dapat menjadi kompetisi. Hasil yang keluar, tertulis angka yang jelas buat dibandingin. Menjadi top 1% pendengar dirasa seperti menang medali emas, semua orang akan merasa lebih keren. Sebaliknya, ketika hasil kita biasa saja, membuat kita merasa kalah dengan yang lain atau selera kita ternyata kurang gaul.
